Senin, 02 Maret 2009

Tuhan Memilih Kita Dipilih untuk Disertai

Lalu firman-Nya: “Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini.” (Keluaran 3:12)

Untuk melakukan sesuatu yang baru, mungkin kita akan sering mengalami keragu-raguan. Kita merasa tidak yakin akan hasil yang mungkin tidak bisa kita raih. Kita ambil contoh dari para penerjun payung. Jika dia adalah seorang pemula, tentu ia tidak akan begitu yakin bisa terjun bebas dengan aman. Melakukan kesalahan sedikit saja, dia justru akan “terbang ke langit”. Oleh karena itulah dibutuhkan instruktur yang berpengalaman untuk melatih kita. Latihan yang diberikan pun tentu tidak dilakukan di udara. Malahan harus dilakukan di darat. Bahkan meskipun sudah mendapatkan pelatihan sekalipun, tidak dengan serta merta seseorang mempunyai keberanian untuk segera terjun. Ia harus tetap didampingi…

Meskipun Allah tidak menyuruh Musa untuk terjun payung dari udara, tetapi terdapat kesamaan alur dengan ilustrasi yang telah gambarkan. Layaknya seorang instruktur, Allah memberi instruksi tentang misi yang harus dijalankan Musa di Gunung Horeb. Musa harus “terjun bebas” ke tengah-tengah bangsa Israel dan ke hadapan Firaun.

Ya, kelihatan jelas bahwa Musa tidak yakin tentang apa yang harus dilakukannya. Ia menolak pilihan dan penugasan Allah kepadanya. Ia bertanya, “Siapakah aku ini” (ay. 11). Musa bukan hanya takut atas ketidakmampuannya. Ia juga belum melupakan kenangan pahit penolakan bangsa Israel kepadanya di masa lampau (bnd. Kej 2:11-15).

Musa tidak sadar bahwa jalan hidupnya adalah pra-pelatihan untuk menjadi pemimpin atas Israel. Ia lahir, terancam mati, diselamatkan putri Firaun, mendapatkan pendidikan di lingkungan istana Kerajaan Mesir. Bukankah pendidikan itu sudah memadai untuk dirinya agar diangkat sebagai pemimpin?

Tuhan memang tidak mengungkapkan itu kepada Musa. Alih-alih menerangkan jalan hidup Musa, Allah malah mengatakan, “Bukankah Aku akan menyertai engkau?” Pernyataan singkat ini punya makna yang luas:

  1. Allah tidak ingin Musa menganggap dirinya sendiri begitu hebat. Siapakah yang tidak besar kepala jika Allah pencipta langit dan bumi menyanjung-nyangjung kemampuan kita?;
  2. Allah tidak memperhitungkan masa lalu Musa ketika memilihnya. Seindah apa pun, atau seburuk apa pun masa lalunya, Allah tetap berkenan kepadanya; dan
  3. Allah menginginkan agar Musa menyadari bahwa Dialah yang akan selalu ada bersama setiap langkahnya. Sama seperti instruktur tadi, Ia akan tetap menyertai Musa untuk “terjun bebas”.

Penyertaan Allah pun semakin ditekankan saat Dia mengucapkan “Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini.” Allah memberikan sebuah tanda, sebuah lambang, yang akan menjadi reminder bagi Musa tentang penyertaanNya. Ketika Israel beribadah kepada Allah, itulah menjadi tanda baginya.

Kelihatannya tanda yang diberikan ini sangat unik (kalau tidak bisa dikatakan aneh). Kenapa justru saat Israel beribadah dijadikan sebagai tanda? Kenapa tanda yang tidak kelihatan yang diberikan? Kenapa kejadian yang belum terjadi yang dijadikan sebagai tanda? Bukankah biasanya tanda-tanda yang gampang kita ingat adalah tanda yang dapat kita lihat, dengar, dan rasakan? Misalnya saja, tongkat, salib, bendera.

Tanda ini sangat unik, karena di dalamNya kelihatan maksud Allah yang besar:

  1. Tanda itu bukan hanya untuk Musa seorang, tanda itu juga dikenakan untuk umatNya. Allah menginginkan Israel merasakan penyertaan Allah atas mereka. Dan itu akan terjadi saat mereka beribadah kepada Allah;
  2. Karena memang tujuan Israel dibebaskan adalah agar mereka dapat beribadah kepada Allah. Musa dan bangsa Israel akan memahami penyertaan Allah di dalam hidup mereka waktu mereka telah mengalami kebebasan itu; dan

Perenungan ini sebenarnya ingin menunjukkan bahwa, kita mungkin akan mengalami keraguan untuk mengamini pilihan Allah atas hidup kita. Banyak pertanyaan yang akan muncul dalam benak. Apakah saya layak? Apakah saya mampu? Apakah yang akan saya lakukan untukNya? Ya, jika kita melihat ke dalam diri kita, kita memang tidak layak, kita tidak mampu, dan tidak tahu apa yang dapat kita lakukan untukNya.

Tetapi pada intinya, Allah mengatakan, “Bukankah Aku akan menyertai engkau?”

Topik Doa: Biarlah Tuhan menyertai kita senantiasa dalam kegalauan kita dalam menjalani hari-hari.

0 komentar: